Jangan harap post kali ini akan bernada romantis ataupun puitis. Mungkin teman teman terdekatku akan langsung tahu dengan melihat judul postnya. Ya, bukan aku yang berubah, tapi keadaan. Keadaan yang memaksaku untuk menjadi aku yang sekarang. Tetapi perlu diketahui, entah ini penting atau tidak, aku masih tetap aku yang dulu. Adinda yang sama yang hanya ada satu di dunia. Mungkin agak berlebihan, silahkan tertawa! tapi ini memang kenyataan.
Aku merasakan dampak dari "perubahan" ini. Aku bilang perubahan, karena aku sudah melakukan hal yang di luar kebiasaanku. Bukankah itu memang defisini perubahan?
Salah seorang teman dekatku mengirim pesan, mengajakku berkumpul seperti yang biasa kami lakukan jika jam istirahat tiba. Aku hanya dapat membalas "Gue lagi sibuk" Ya, memang itu keadaannya. Ternyata dia sedikit kecewa. "Sekarang mah sibuk!" Keadaanku yang memaksa, maafkan aku. Sekarang aku mengerti jika salah seorang temanku tak dapat berkumpul karena sibuk.
Perubahan ini dimulai saat aku di takdirkan untuk berada di kelas XI.IPA 3, dimana dengan ketua kelas yang merangkap jadi humas dan yg gak terbiasa dengan keadaan tersebut. Dia sulit sekali untuk berkata "tidak" alhasil yang sering keluar dari mulutnya hanya kata "iya". Inginnya aku, seharusnya ia bisa menempatkan dimana ia harus berkata "iya" atau "tidak" sekali lagi, keadaan yang berubah. Ia pun menjadi sibuk dengan urusan ini, itu, masalah yang berkaitan dengan urusan kelas. Tapi, bukankah itu memang tugasnya? Pernah salah satu dari temannya berkata padanya "Lo kan punya bawahan, kenapa lo yang ngelakuin semuanya?" Aku sangat mengerti bagaimana perasaan ia saat mendengar kalimat itu, dan apa yang ia jawab di dalam hatinya. Jika ia bisa, ia akan melakukannya sendiri. Ia sudah memerintahkan bawahannya, tapi jika tak di respon? Ya, dia yang akan bergerak. Itu sebuah kebodohan? Atau terlalu baik? Ya, kadang bodoh dan terlalu baik itu beda tipis!
Apakah keadaannya menempatkan ia di posisi yang salah? Entahlah, Allah yang lebih tahu :')
Perubahan yang selanjutnya karena di salah satu ekskulku sudah terjadi penggantian pengurus. Lagi, aku agak kaget dengan ketua barunya. Hah? orang itu lagi? orang yang terjebak di keadaan sebelumnya. Akhirnya ia menerima jabatan barunya (lagi, ia kembali merangkap menjadi humas) dan ia menjadi "sok" sibuk, walau memang sebenarnya sibuk. Ia harus kesana kesini, menanyai adik kelas "De, masih ikut tataboga gak?"
Ia tak berubah, tetapi keadaan yang berubah.
Lalu, ia menjadi ikutan sibuk saat Uni Ekskul di ekskul lainnya, mengadakan acara "Minggu bahasa" ia harus mengikuti briefing sebagai salah satu ekskul yang mengadakan lomba dan harus mengikuti Technical Meeting sebagai ketua kelas. Dan di hari yang sama, ia harus mengkoordinir ekskulnya sebagai ketua baru di ekskul tersebut. Dan akhirnya? ia memenuhi tanggung jawabnya, ia mengikuti briefing (walau agak telat, dan ia memang hanya humas di ekskul tersebut), ia mengikuti Technical Meeting (walau belum selesai, ia harus pergi karna pembina dari ekskulnya memanggilnya) dan akhirnya ia tetap datang untuk mengkoordinir ekskulnya. Jangan tanya "ia" itu siapa!
Awalnya aku tak ingin berorganisasi, karena aku tau akan seperti ini jadinya. Sekali lagi, keadaan yang berubah, bukan aku!
"Jangan pernah mengeluh dengan kesibukan. Karena sibuk dapat menghindari sikap dan tindakan negatif"-Bu Lusiana.
Lalu ini namanya apa? Aku mengeluh? Maaf.
Adinda :)
Sekarang pukul:
Sabtu, 15 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar